y ': Urgensi Kepribadian Guru Dalam Membentuk Kepribadian Siswaf -->

Pages

Ads 468x60px

13 Mei 2013

Urgensi Kepribadian Guru Dalam Membentuk Kepribadian Siswa


Oleh : Benny Prasetiya
(Dosen STAIM Probolinggo)

Benny Prasetiya
A.  LATAR BELAKANG  MASALAH
Guru juga dihadapkan dengan harapan masyarakat yang terlalu ‘perfeksionis’ dan berlebihan. Dalam kondisi yang tidak menentu, masyarakat tetap menuntut agar guru selalu memiliki idealisme sebagai figure pengajar dan pendidik yang bersih dari cacat hukum dan moral. Beban guru ini semakin menjadi berat ketika para siswa atau pelajar sekarang ini semakin masa bodoh terhadap persoalan-persoalan moral, mereka terjebak dalam sikap yang serba instan. Akibatnya guru merasa kehilangan cara yang terbaik dan tidak punya nilai edukatif dalam menanggapi perilaku pelajar.  
            Menghadapi tantangan dan beban tugas yang sangat berat tersebut, seorang guru diharapkan untuk lebih meningkatkan profesionalismenya, sehingga ia tidak gagap ketika mengemban misinya sebagai penyemai intelektual, pemupuk nilai kemanusiaan,dan penyubur nilai moral kepada murid-murid. 
Paradigma ini yang memberikan sebuah isyarat bahwa  peran guru pada masa pembangunan sangat penting dalam rangka membentuk integritas bangsa. Karena bagaimanapun juga pendidikan yang menjadi pengabdian para guru sangat menentukan keberhasilan pembangunan. Tanpa pendidikan yang baik tidak akan mungkin tumbuh bangsa yang baik atau yang cerdas sesuai dengan harapan bangsa yang tertuang dalam tujuan pendidikan nasional Indonesia. 
Profesi guru  meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknlogi, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa [1] Mengemban misi tersebut jelas bukan tugas yang ringan. Selain harus memiliki bekal integritas kepribadian yang tinggi dan keterampilan mengajar yang dapat diandalkan, guru diharapkan mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif, sehat dan menyenangkan. Sehingga berangkat dari profesionalisme ini guru akan tampil sebagai figure yang benar-benar mumpuni, wibawa, disegani dan memiliki integritas yang tinggi.
Upaya guru dalam mempersiapkan anak didiknya terasa lebih penting ketika dihadapkan pada sebuah realitas kehidupan saat ini  yang syarat dengan kompetitif dan budaya konsumtif. Untuk menghadapi tantangan tersebut seorang guru harus mampu mencari terobosan dalam membina dan mengajar anak didiknya guna menghadapi tantangan zaman yang sudah ada di depan mata. Mengembangkan kreativitas mengajar merupakan salah satu terobosan yang cukup besar, karena kreativitas sangat besar pengaruhnya dalam kemajuan hidup. Orang yang mempunyai kreativitas berarti ia harus lincah, kuat mental, dapat berpikir dari segala arah.
Pada satu sisi kepribadian seorang guru harus menjadi teladan bagi siswa. Hal ini di karenakan  kepribadian  guru mempunyai pengaruh langsung dan komulatif terhadap perilaku siswa.[2] Perilaku yang terpengaruh itu antara lain: kebiasaan belajar, disiplin, hasrat belajar, dan motivasi belajar. Yang dimaksud dengan kepribadian di sini meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap. Kepribadian yang ditampilkan guru dalam PBM akan selalu dilihat, diamati, dan dinilai oleh siswa sehingga timbul dalam diri siswa persepsi tertentu tentang kepribadian guru.
      Urgensi kepribadian Guru dalam membentuk karakter Siswa
Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap seorang guru. Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia akan menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya.[3]Perilaku guru dalam mengajar secara langsung atau tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar siswa baik yang sifatnya positif maupun negatif, Artinya, jika kepribadian yang ditampilkan guru dalam mengajar sesuai dengan harapan siswa, maka siswa akan termotivasi untuk belajar dengan baik.
Menurut asal katanya, kepribadian atau personality berasal dari bahasa Latin personare, yang berarti mengeluarkan suara (to sound through). Istilah ini digunakan untuk menunjukkan suara dari percakapan seorang pemain sandiwara melalui topeng (masker) yang dipakainya. Pada mulanya istilah per­sona berarti topeng yang dipakai oleh pemain sandiwara, di mana suara pemain sandiwara itu diproyeksikan. Kemudian kata persona itu berarti pemain sandiwara itu sendiri.[4]
Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sartain, istilah personality terutama menunjukkan suatu organisasi/susunan daripada sifat-sifat dan aspek-aspek tingkah laku lainnya yang saling berhubungan di dalam suatu individu. Sifat-sifat dan aspek-aspek ini bersifat psikofisik yang menyebabkan individu berbuat dan bertindak seperti apa yang dia lakukan, dan menunjukkan adanya ciri-ciri khas yang membedakan individu itu dengan individu yang lain. Termasuk di dalamnya: sikapnya, kepercayaannya, nilai-nilai dan cita-citanya, pengetahuan dan keterampilannya, macam-macam cara gerak tubuhnya, dan sebagainya.[5]
Kepribadian itu relatif stabil. Pengertian stabil di sini bukan berarti bahwa kepribadian itu tetap dan tidak berubah. Di dalam kehidupan manusia dari kecil sampai dewasa/tua, kepribadian itu selalu berkembang, dan mengalami perubahan-perubahan. Tetapi di dalam perubahan itu terlihat adanya pola-pola tertentu yang tetap. Makin dewasa orang itu, makin jelas polanya, makin jelas adanya stabilitas.
Istilah sifat atau karakteristik dapat diartikan sebagai ciri-ciri, sedangkan istilah kepribadian dalam arti sederhana berarti sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lain. Kepribadian  (personality) sebagai sifat khas yang dimiliki seseorang. Selanjutnya dari tinjauan psikologi, kepribadian pada prinsipnya adalah susunan atau kesatuan antara aspek perilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya) dengan aspek perilaku behavioral (perbuatan nyata). Aspek-aspek ini berkaitan secara fungsional dalam diri seorang individu, sehingga membuatnya bertingkah laku secara khas dan tetap. [6]
Dari uraian di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa karakteristik kepribadian adalah ciri-ciri perilaku psikofisik atau rohani-jasmani yang kompleks dari individu, sehingga tampak dalam tingkah lakunya yang khas. Demikian pula halnya dengan guru sebagai individu, memiliki sejumlah ciri-ciri sifat yang khas.
Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia, maka setiap calon guru dan guru professional sangat diharapkan memahami bagaimana karakteristik (ciri khas) kepribadian dirinya yang diperlukan sebagai panutan para siswanya. Secara konstitusional, guru hendaknya berkepribadian Pancasila dan UUD '45 yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, disamping ia harus memiliki kualifikasi (keahlian yang diperlukan) sebagai tenaga pengajar (Pasal 28 ayat (2) UUSPN/ 1989).[7]
Kepribadian  guru mempunyai pengaruh langsung dan kumulatif terhadap hidup dan kebiasaan-kebiasaan belajar para siswa. Yang dimaksud dengan kepribadian di sini meliputi: pengetahuan, keterampilan, ideal, sikap, dan juga persepsi yang dimiliki guru tentang orang lain. Lebih lanjut, Hamalik mengemukakan sejumlah karakteristik guru yang disenangi oleh para siswa adalah guru-guru yang:  demokratis, suka bekerja sama (kooperatif), baik hati, sabar, adil, konsisten, bersifat terbuka, suka menolong, ramah tamah, suka humor, memiliki bermacam ragam minat, menguasai bahan pelajaran, fleksibel, dan menaruh minat yang baik terhadap siswa.[8]
Wijaya mengemukakan bahwa" keberhasilan seorang guru dalam PBM harus didukung oleh kemampuan pribadinya". Kemampuan pribadi guru dalam PBM tersebut secara rinci sebagai berikut[9]:
a.  Kemantapan dan Integritas Pribadi
Seorang guru dituntut untuk dapat bekerja teratur dan konsisten, tetapi kreatif dalam menghadapi pekerjaannya sebagai guru. Menurut Hamalik kemantapannya dalam bekerja, hendaknya merupakan karakteristik pribadinya sehingga pola hidup seperti ini terhayati pula oleh siswa sebagai terdidik. Kemantapan dan integritas pribadi ini tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan tumbuh melalui suatu proses belajar yang sengaja diciptakan. Dengan kemantapan dan integritas pribadi yang tinggi, maka setiap permasalahan yang dihadapi akan terpecahkan dan akan berpengaruh terhadap ketenangan PBM.
b.   Peka terhadap Perubahan dan Pembaruan
Guru harus peka baik terhadap apa yang sedang berlangsung di sekolah maupun yang sedang berlangsung di sekitarnya. Ini dimaksudkan agar apa yang dilakukan di sekolah tetap konsisten dengan kebutuhan dan tidak ketinggalan zaman. Pembaruan dalam pengertian kependidikan merupakan suatu upaya lembaga pendidikan untuk menjembatani masa sekarang dan masa yang akan datang dengan jalan memperkenalkan program kurikulum atau metodologi pengajaran yang baru.
c. Berpikir Alternatif
Guru harus mampu berpikir dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi dalam PBM. Mampu memberikan berbagai alternatif jawaban dan memilih salah satu alternatif untuk kelancaran PBM.
d.   Adil, Jujur, dan Objektif
Adil, jujur, dan objektif dalam memperlakukan dan juga menilai siswa dalam PBM merupakan hal yang harus dilaksanakan oleh guru. Adil artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya, sedangkan jujur adalan tulus ikhlas dan menjalankan fungsinya sebagai guru, sesuai dengan peraturan dan norma-norma yang berlaku. Objektif artinya benar-benar menjalankan aturan dan kriteria yang telah ditetapkan, tidak pilih kasih dan lain sebagainya.
e.    Berdisiplin dalam Melaksanakan Tugas
Dalam pendidikan yang dimaksudkan dengan disiplin adalah keadaan tenang atau keteraturan sikap atau keteraturan tindakan. Disiplin merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Agar disiplin dapat dilaksanakan dalam proses pendidikan maka perlu melaksanakan tata tertib dengan baik oleh guru maupun siswa, taat terhadap kebijakan dan kebijaksanaan yang berlaku, serta menguasai diri dan instropeksi.
f.     Diet dan Tekun Bekerja
Keuletan dan ketekunan bekerja tanpa mengenal lelah dan tanpa pamrih merupakan hal yang harus dimiliki oleh guru. Guru tidak akan berputus asa apabila menghadapi kegagalan dan akan terus berusaha mengatasinya.
g.    Berusaha Memperoleh Hasil Kerja Yang Sebaik-baiknya
Dalam mencapai hasil kerja, guru diharapkan akan selalu meningkatkan diri, mencari cara-cara baru, menjaga semangat kerja, mempertahankan dedikasi dan loyalitas yang tinggi agar mutu pendidikan selalu meningkat, pengetahuan umum yang dimilikinya selalu bertambah.
h.    Simpatik dan Menarik, Luwes, Bijaksana dan Sederhana dalam Bertindak
Guru harus simpatik dan menarik karena dengan sifat ini akan disenangi oleh para siswa. Keluwesan juga harus dimiliki oleh guru karena dengan sifat ini guru akan mampu bergaul dan berkomunikasi dengan baik. Kebijaksanaan dan kesederhanaan akan menjalin keterkaitan batin antara guru dengan siswa. Dengan adanya keterkaitan tersebut, guru akan mampu mengendalikan PBM yang diselenggarakannya
i.     Bersifat Terbuka
Kesiapan mendiskusikan apapun dengan lingkungan tempat ia bekerja, baik dengan murid, orang tua, teman sekerja, ataupun dengan masyarakat sekitar sekolah, merupakan salah satu tuntutan terhadap guru, la diharapkan mampu menampung aspirasi berbagai pihak, bersedia menjadi pendukung, dan terus berusaha meningkatkan serta memperbaiki suasana kehidupan sekolah berdasarkan kebutuhan dan tuntutan berbagai pihak.
j.     Kreatif
Guru harus kreatif, dan untuk memperoleh kreativitas yang tinggi sudah barang tentu guru harus banyak bertanya, banyak belajar, dan berdedikasi tinggi.
k.    Berwibawa
Kewibawaan harus dimiliki oleh guru, sebab dengan kewibawaan, PBM akan terlaksana dengan baik, berdisiplin, dan tertib. Dengan demikian, siswa akan taat dan patuh pada peraturan yang berlaku sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh guru.
Syah mengemukakan dua karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya sebagai berikut: Pertama  Fleksibilitas kognitif guru. Fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta) merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan keterbukaan berpikir dan beradaptasi, memiliki resistensi (daya tahan) terhadap ketertutupan ranah cipta yang premature (terlalu dini) dalam pengamatan dan pengenalan, berpikir kritis. Dalam PBM, flesibilitas kognitif guru terdiri atas tiga dimensi, yakni: (a) dimensi karakteristik pribadi guru, (b) dimensi sikap kognitif guru terhadap siswa, dan (c) dimensi sikap kognitif guru terhadap materi pelajaran dan metode mengajar; kedua  keterbukaan psikologis pribadi guru. Keterbukaan psikologi guru merupakan dasar kompetensi profesional (kemampuan dan kewenangan melaksanakan tugas) keguruan yang harus dimiliki oleh setiap guru, sebab: pertama, keterbukaan psikologis merupakan prakondisi atau prasyarat penting yang perlu dimiliki guru untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain. Kedua, keterbukaan psikologis diperlukan untuk menciptakan suasana hubungan antarpribadi guru dan pribadi siswa yang harmonis, sehingga mendorong siswa untuk mengembangkan dirinya secara bebas dan tanpa ganjalan. Guru yang terbuka secara psikologis ditandai dengan kesediaannya yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja, mau menerima kritik secara ikhlas, memiliki empati (emphaty), yakni respons afektif terhadap pengalaman emosional dan perasaan tertentu orang lain.[10]
Di samping syarat-syarat tersebut tentu saja masih banyak lagi syarat lain yang harus dimiliki oleh guru sebagaimana yang dipaparkan oleh M Ngalim Purwanto  yang memberikan  arah yang cukup konstruktif terhadap sifat yang harus dimiliki guru, antara lain      Adil, Percaya dan suka kepada murid-muridnya, Sabar dan rela berkorban,Memiliki pembawa (gezag) terhadap anak-anak, Penggembira,  Bersikap baik terhadap masyarakat,   Benar-benar menguasai mata pelajarannya,  Suka kepada mata pelajaran yang diberikannya,    Berpengetahuan luas
Guru pula yang memberi dorongan agar peserta didik berani berbuat benar, dan membiasakan mereka untuk bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya. Guru juga bertindak sebagai pembantu ketika ada peserta didik yang buang air kecil, atau muntah di kelas, bahkan ketika ada yang buang air besar di celana. Guru yang menggendong peserta didik ketika jatuh atau berkelahi dengan temannya, menjadi perawat, dan lain-lain yang sangat menuntut kesabaran, kreatifitas dan profesionalisme [11]
Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik. Mereka memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa.
Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagai berikut: Pertama Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya. Kedua  Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.Ketiga Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan, dan bakatnya. Keempat Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya. Kelima Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab. Keenam Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan (bersilaturahmi) dengan orang lain secara wajar. Ketujuh Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antarpeserta didik, orang lain, dan lingkungannya. Kedelapan Mengembangkan kreativitas. Kesembilan Menjadi pembantu ketika diperlukan.[12]
     Penutup
Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik. Mereka memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa.
Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagai berikut: Pertama Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya. Kedua  Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.Ketiga Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan, dan bakatnya. Keempat Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya. Kelima Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab. Keenam Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan (bersilaturahmi) dengan orang lain secara wajar. Ketujuh Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antarpeserta didik, orang lain, dan lingkungannya. Kedelapan Mengembangkan kreativitas. Kesembilan Menjadi pembantu ketika diperlukan.[13]
Sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil atau idola seluruh kehidupannya. Itulah kesan terhadap guru sebagai sosok yang ideal, sedikit saja guru berbuat yang kurang atau tidak baik, akan mengurangi kewibawaannya dan kharisma pun secarta perlahan lebur dari jati dirinya bahkan bisa juga ia dicaci maki dengan sinis hanya karena kealpaan berbuat kebaikan. Meskipun kejahiliannya itu bak setetes air dalam daun talas. Keburukan perilaku anak didik cenderung diarahkan pada kegagalan guru pembimbing dan pembina anak didik karena faktor kepribadian guru yang sangat sensitif. Semoga Guru-guru kita memiliki karakteristik seperti yang terdeskripskan di atas sehingga mampu mengantarkan para siswa yang memiliki standarisasi kepribadian yang baik.
Referensi :
Uzer Usman, Moh, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999)
Oemar Hamalik.Psikologi belajar dan mengajar. (Bandung: Sinar baru Algensindo,2000).
Muhibbin Syah. Psikologi pendidikan (Bandung: Rosdakarya, 1996)
E Mulyasa..Menjadi guru Profesional. (Bandung: Rosdakarya.2005)
Oemar Hamalik.Psikologi belajar dan mengajar. (Bandung: Sinar baru Algensindo,2000).h.34,39
Cece Wijaya.kemampuan dasar guru dalam dalam proses belajar mengajar( Bandung : Rosdakarya:1994


[1] Uzer Usman, Moh, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999)

[2]   Oemar Hamalik.Psikologi belajar dan mengajar. (Bandung: Sinar baru Algensindo,2000).  

[3]  Muhibbin Syah. Psikologi pendidikan (Bandung: Rosdakarya, 1996)  
[4] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) h. 154
[5] ibid
[6] Muhibbin Syah. Psikologi pendidikan (Bandung: Rosdakarya, 1995) h. 226
[7] ibid. h 227
[8]  Oemar Hamalik.Psikologi belajar dan mengajar. (Bandung: Sinar baru Algensindo,2000).h.34,39
[9] Cece Wijaya.kemampuan dasar guru dalam dalam proses belajar mengajar( Bandung : Rosdakarya:1994) h. 13-21
[10] Muhibbin Syah. Op cit. h. 227-230
[11] E Mulyasa..Menjadi guru Profesional. (Bandung: Rosdakarya.2005)  h. 36
[12] Ibid. h. 34
[13] Ibid. h. 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar Yang Konstruktif Ya ...

 

Kegiatan Pendidikan

IPM

Artikel

Lain-Lain

Berita Pendidikan

Sarana dan Prasarana

Tips dan Trik